Friday, June 02, 2006

Gara-gara Buruh, Pengusaha Lolos dari Maut

Oleh Abdullah Ubaid Matraji


Penghargaan terhadap buruh di Indonesia patut dipertanyakan. Entah mengapa kok bisa begini. Padahal, agama jelas-jelas mengajarkan kita untuk memenuhi hak-hak buruh.

Mari kita simak cerita kuno pra-Islam yang pernah dikisahkan Nabi, sebagaimana dilansir oleh Imam Bukhari.

Alkisah, ada tiga orang yang sedang berkelana. Sebut saja, Umar, Zaid, dan Ahmad (bukan nama asli). Di tengah-tengah perjalanan, mereka mampir ke goa untuk sekedar melepas lelah.

Namun, tiba-tiba terdengar gemuruh dari atas. Semakin lama semakin mendekat dan mengeras suara itu. Dan.... gludeg.. gludeg.. gludeg.. drep.. drep!! Seketika goa menjadi gelap. Ternyata.. mulut goa yang satu-satunya itu tertutup oleh batu besar yang menggelinding dari atas gunung.

Mereka berunding dan memutar otak, bagaimana caranya agar batu itu bisa disingkirkan.Entah dapat wangsit dari mana, akhirnya mereka sepakat untuk berdoa mengharap pertolongan Allah, dengan mengandalkan amal “terbaik” yang pernah dilakoni.

Kali pertama, Umar berdoa. Ya Allah, saya punya ibu dan bapak yang sudah tua renta. Suatu ketika, saya bermaksud membawakan susu dalam gelas untuk makan malam. Eh... ternyata mereka sudah terlelap tidur. Karena saya tidak berani membangunkan, saya terus memegangi gelas itu sepanjang malam sampai fajar tiba. Begitu mereka bangun, baru saya mempersilahkan minum.

“Ya Allah. Jika perbuatan saya itu engkau terima di sisi-Mu, maka bukakanlah pintu goa yang tertutup ini,” panjatnya. Lalu, batu itu hanya bergeser sedikit.

Karena belum berhasil, giliran Zaid berdoa. Ya Allah, saya pernah hampir berzina dengan sepupuku. Saya menjanjikan uang 120 dinar untuknya. Untung, saya teringat Engkau. Saya langsung meninggalkan wanita itu, dan saya tetap memberi uang yang telah saya janjikan.

Lalu Zaid memohon, “Ya Allah, jika perbuatan saya itu engkau terima di sisi-Mu, maka bukakanlah pintu goa yang tertutup ini.” Tak lama kemudian, batu itu bergeser sedikit. Tapi, mereka pun masih belum bisa keluar.

Nah, kini giliran terakhir, Ahmad. Ya Allah, saya ini seorang pengusaha yang punya banyak buruh (karyawan). Semuanya saya kasih gaji. Tapi, ada satu buruh yang belum saya gaji, karena dia keburu pergi. Maka, uang gajinya saya belikan hewan ternak.

Nah, selang beberapa masa, dia datang.
“Boss.. mana gaji saya?” tanyanya.
“Semua hewan ternak yang kamu lihat ini adalah gajimu,” jawab Ahmad.
“Hah... jangan menghina saya gitu dong.”
“Sungguh saya tidak menghina kamu,” Ahmad kembali menegaskan.

Setelah itu, buruh tadi memboyong hewan-hewan tersebut, tanpa sisa satu pun.

“Ya Allah. Jika perbuatan saya itu engkau terima, maka bukakanlah pintu goa yang tertutup itu,” begitu Ahmad menutup doanya.

Tak diduga, batu itu bergeser dan pintu goa kembali terbuka. Mereka pun akhirnya berhamburan keluar. []

Syir'ah, Edisi 54, Juni 2006.

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger by Pemuda - Premium Blogger Themes