Oleh Abdullah Ubaid Matraji
Sejak tahun 597 M, daratan Eropa dikuasai oleh bangsa Gotic, bangsa barbar dari Jerman, Eropa Timur. Penguasa terakhirnya adalah raja Roderick, penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia, kini disebut Spanyol. Ia dikenal sebagai raja yang kejam, sadis, dan otoriter. Akibatnya: kondisi sosial, politik, dan ekonomi negara yang terletak di Eropa Barat Daya itu tidak menentu.
Di tengah carut-marut itu, sebagian besar penduduk yang beragama Kristen dan Yahudi mengungsi ke daratan Afrika. Kala itu, Afrika adalah daerah yang terkenal makmur dan menjunjung semangat toleransi yang tinggi. Karena itu, mereka dapat berteduh serta mendapatkan keamanan dan ketentraman hidup di tanah nenek moyang sahabat Nabi yang berdarah Negro itu, Bilal bin Rabah.
Dari sekian banyak pengungsi, ada yang bernama Julian. Ia adalah Gubernur Ceuta, daerah di Andalusia, yang putrinya, Florida, telah dinodai oleh Roderick. Karena tak kuasa melawan, ia memohon kepada Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara untuk membebaskan negerinya dari cengkraman raja yang culas itu.
Atas persetujuan Al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah keenam Bani Umayyah yang berkedudukan di Damaskus (kini Syiria), Musa bin Nushair memerintahkan Thariq bin Ziyad untuk memimpin 7.000 pasukan menuju Andalusia. Thariq adalah budak yang dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, kemudian masuk Islam dan dipercaya sebagai panglima perang.
Tanggal 3 Mei 711 M, Thariq menyeberangi selat Andalusia dengan kapal, kurang lebih sejauh 13 mil. Setelah mendarat, Thariq mengumpulkan seluruh pasukannya di atas sebuah bukit karang, tingginya 425 m dari permukaan laut. Kini bukit itu dinamai Jibraltar atau Jabal Thariq (bukit Thariq).
Di tempat ini Thariq memerintahkan pasukannya untuk membakar seluruh kapal yang mereka gunakan. Lalu ia berseru, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya punya dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini, atau kita semua akan binasa.”
Seruan itulah yang membakar darah juang pasukan Thariq. Terbukti, pada hari Ahad, 28 Ramadhan atau 19 Juli 711 M, Thariq berhasil melumpuhkan pasukan musuh yang berjumlah 25.000 orang, dan menancapkan panji-panji keadilan di bumi Andalusia.
Peristiwa ini merupakan pintu awal berkembangnya peradaban Islam di Spanyol, dan Eropa pada umumnya. Negeri ini, kala itu, telah melahirkan tokoh-tokoh Islam terkemuka. Semisal, Al-Zahrawi: pencetus teknik operasi di dunia kedokteran, Al-Zarqalli: penemu alat pengukur jarak bintang dari horison bumi, Ibnu Rusyd: pemikir yang membangun relasi antara ilmu pengetahuan-agama-etika, dan lain-lain. Pemerintahan Islam di wilayah ini mampu bertahan selama 8 abad. [AUM/Kotasantri]
Syir'ah, Edisi 55, Juli 2006.