Belakangan ini mengemuka gagasan Islam Indonesia, yang dikampanyekan sebagai bentuk kesadaran historis masyarakat lokal Indonesia. Apa dan bagaimana sejatinya Islam Indonesia itu? Berikut ini petikan wawancara Abdullah Ubaid Matraji dengan Jadul Maula, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Islam dan Sosial, yang pernah melakukan penelitian seputar Islam Indonesia.
Berbagai seminar dan diskusi digelar untuk menelusuri Islam Indonesia, konsep apakah itu?
Ini adalah bagian dari pencarian identitas keislaman di Indonesia, dengan mempertimbangkan aspek geografi dan sejarah. Juga merupakan pencarian identitas untuk melawan keterasingan.
Melawan keterasingan itu maksudnya apa?
Maksudnya adalah bagaimana mengelola masalah-masalah di Indonesia, tapi tidak membuat kita tercerabut dari akar budaya. Misalnya, sekarang kita ribut-ribut soal Islam dan terorisme. Kalau kita ribut di situ, kita merasa terasing toh? Sebagai bangsa Indonesia kita tidak bisa menjawab itu. Itu adalah agenda internasional, bukan masalah bangsa Indonesia.
Berarti kita gagap, karena tidak bisa merespons globalisasi?
Bukan begitu. Tapi bagaimana kita menjawab masalah-masalah itu dengan logika kita sendiri, berdasarkan sejarah dan tradisi yang kita miliki. Kalau kita masuk wacana “terorisme” misalnya, lalu kita tidak punya satu pengertian ala Islam Indonesia, maka kita tidak punya logika sendiri, tapi justru didekte agenda luar atau kepentingan asing.
Kalau begitu, apa definisi terorisme ala Islam Indonesia?
Satu misal. Menurut kita ekspoitasi sumberdaya alam tanpa kaedah itu adalah terorisme, itu amcaman yang nyata. Jadi terorisme bukan perang antar peradaban atau perang agama seperti yang didefinisikan orang luar.
Setelah sekian lama mencari, hasil temuan Islam Indonesia itu bagaimana?
Adalah suatu spirit untuk dandani menungso, masyarakat, lan negoro (memperbaiki manusia, masyarakat, dan negara). Ini adalah komitmen paling dasar Islam Indonesia. Konsep ini juga mengembangkan ajaran keagamaan yang orientasinya bukan menaklukkan manusia dalam ajaran agama, tapi membuat manusia itu tumbuh wajar dan alami. Sehingga terciptalah masyarakat yang egaliter dan toleransi.
Secara rigid, apa definisi Islam Indonesia?
Pencarian Islam Indonesia itu tidak bermaksud mencari definisi yang baku dan kaku. Lalu dengan definisi itu digunakan untuk memilah-milah, ini bukan Islam Indonesia, ini Islam Indonesia. Bukan begitu menurut saya.
Lalu apa?
Yaitu spirit untuk mengintegrasikan (Islam dengan) Indonesia, bukan malah menserabut diri kita dari akar tradisi dan sejarah Indonesia. Sekarang ini banyak kelompok yang justru melakukan dehistorisasi, melupakan sejarah lokal. Misalnya Ahmadiyah. Pada satu sisi, saya bela dia karena didiskriminasi. Tapi, sisi lain saya tidak setuju. Karena Ahmadiyah mengasingkan orang Indonesia. Sebab orientasinya lebih ke India sentris. Begitu pula dengan Hizbut Tahrir Indonesia yang cenderung Arab Sentris. []
Syir'ah/58/Oktober/2006.