Sunday, November 26, 2006

Kerjasama Antaragama, Penawar Islamphobia

Abduljalil Sajid intlektual muslim asal Pakistan, tinggal di Inggris, berdialog secara eksklusif kepada Syir’ah ihwal keadaan umat Islam di Barat. Merebak Islamphobia yang berakibat buruk bagi umat Islam di sanaOleh Abdullah Ubaid MatrajiAwal bulan kemarin, Syir`ah kedatangan tamu dari Inggris. Menurut rencana, ia akan berkunjung ke kantor redaksi dan berdiskusi ihwal persoalan umat Islam di dunia. Hari kamis, tanggal 5 Oktober, pukul 16.00 WIB, pertemuan itu rencananya digelar. Sayangnya, pertemuan itu urung dilaksanakan di jalan Asem Baris Tebet Jakarta Selatan.Sehari sebelumnya, intelektual dari negeri sepakbola itu merubah rencana awal. Pria...

Multikulturalisme ala Pesantren

Sebagai subkultur dari masyarakat, pesantren menyimpan banyak keunikan, terutama ketika menyapa tradisi dan merespon keragaman. Oleh Abdullah Ubaid MatrajiTempat mirip padepokan yang lazim terkesan adem ayem itu tiba-tiba dituding sebagai sarang teroris yang mensahkan aksi kekerasan atas nama agama. Penghuninya dicap ekslusif, jumud, kaku, dan tidak toleran. Ya, pesantren, nama tempat itu. Syak wasangka ini marak sejak tertangkapnya Imam Samudra dan Amrozi cs, tiga tahun silam, sebagai pelaku peledakan bom. Ironisnya, mereka ternyata jebolan pesantren. Wajar saja jika tudingan dialamatkan ke institusi ini.Benarkah tudingan itu? International Center for Islamic and Pluralism (ICIP), belum lama ini, mengadakan penelitian untuk menguji apakah betul kalangan pesanten mensahkan tindak kekerasan...

Mengelola “Rumah Tuhan”

Tipe-tipe masjid sangat beragam, tergantung lokasi dan pengelolaan. Sayang, kualitas khatib dan keuangan masih saja menjadi batu sandungan.Oleh Abdullah Ubaid MatrajiAngka tujuh ratus ribu tidaklah sedikit. Itu adalah data jumlah masjid di Indonesia tahun 2002. Bagaimana mengelola masjid sebanyak itu? Ragamnya apa saja? Anggarannya dari mana? Punya kelemahan apa tidak? Untuk mendapatkan data awal seputar itu Syir’ah harus mondar-mandir ke Departemen Agama (Depag). Mulanya Syir’ah ke bagian humas untuk melapor sebelum meluncur ke ruang kepala subdirektorat (kasubdit) kemasjidan di lantai enam. Beberapa deret komputer menyala tanpa pengguna. Hanya ada dua orang di ruangan sore itu. Satu sedang menulis, satu lagi membaca koran. “Besok pagi saja Mas, orang kasubdit kemasjidan sudah mau pulang,”...

Menggawangi Masjid, Mendengar Aspirasi

Masjid harus difungsikan sebagaimana mestinya. Masukan dari masyarakat menjadi pertimbangan penting bagi pengurus masjid. Oleh Abdullah Ubaid MatrajiGundah gulana menyelimuti warga Tanjung Priok Jakarta Timur. Pasalnya Kramat Tunggak, salah satu perkampungan di sana menjadi pusat operasi Wanita Tuna Susila (WTS). Sejak tahun 1990, mereka bersama ulama mendesak pemerintah agar menutup tempat lokalisasi wanita tuna susila itu. Untung Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso tanggap. Ia pun mengabulkan tuntutan warga. Melalui SK Gubernur DKI nomor 496 tahun 1998, secara resmi Panti Sosial Karya Wanita Teratai Harapan Kramat Tunggak dinyatakan ditutup. Lalu, lahan seluas 10,9 hektar itu dimanfaatkan untuk pembangunan masjid. Tepatnya pada bulan Maret tahun 2003 masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) diresmikan....

Toleransi dari Bilik Pesantren

Pesantren tak hanya menyimpan ajaran toleransi, tapi juga menganut lima falsafah hidup yang mirip Pancasila dalam membangun hubungan yang harmonis. Apa sajakah itu? Oleh Abdullah Ubaid MatrajiMenjaga nilai-nilai yang baik dari tradisi lampau dan mengambil yang lebih baik dari masa kini adalah kredo besar yang diusung pesanten. Pesantren tak mengenal cara belajar agama secara kilat. Para santri mempelajari berbagai disiplin ilmu secara mendalam. Sebut saja tafsir, hadis, tasawuf, ushul fiqih (dasar-dasar hukum Islam), nahwu, shorof (ilmu tata bahasa Arab), balaghah (Ilmu keindahan bahasa Arab), dan lain-lain. Usai memahami khazanah situ, santri baru ngeh dan dapat melihat betapa nilai-nilai Islam justru mendorong pola hidup toleransi.Lili Zakiyah Munir, Direktur Center For Pesantren and Democracy...

Medium Pengentasan Kemiskinan

Zakat yang berpotensi mengentaskan kemiskinan adalah yang dilakukan dengan pendampingan dan pemberdayaan.Oleh Abdullah Ubaid MatrajiRakyat miskin yang tinggal di kolong-kolong jembatan, anak-anak jalanan, orang-orang cacat dan lanjut usia yang meminta-minta di pusat keramaian, masih menjadi pemandangan kita sehari-hari, terutama di Ibu Kota. Belum lagi, deretan rumah kumuh di bantaran sungai dan rakyat miskin yang tinggal di pedalaman juga bagian dari realitas kemiskinan yang belum beranjak. Nah, di tengah komplekstias masalah itu, zakat diusung beberapa kalangan sebagai cara alternatif pengentasan kemiskinan. Secara definitif, zakat yaitu mengeluarkan sebagian harta dalam jumlah dan perhitungan yang telah ditetapkan agama. Perintah ini termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 43, ...Wa âtû al-zakâta...,...

Mati Sangit atawa Mati Syahid?

Oleh Abdullah Ubaid MatrajiTradisi mudik dan arus balik saat lebaran laksana kewajiban bagi orang udik yang bekerja di Jakarta. Ini juga dialami Siti Wulandari, sebut saja begitu. Warga desa Gelap Laren Lamongan Jawa Timur ini mudik bersama Joko Prayitno, pria pujaan hatinya. Sepasang muda-mudi ini belum genap sebulan menikah. Sekitar dua minggu mereka berlebaran di kampung. Enam hari di Lamongan dan sisanya ia habiskan di Kota Pahlawan, tempat orang tua Joko tinggal. Usai bertemu famili dan handai tolan, plus berbulan madu, mereka pun kembali ke Ibu Kota naik kereta ekonomi. Sehari-hari, Siti biasa mangkal di Terminal Senen. Jadi preman? Tentu bukan, ia membuka warung Pecel Lele di kawasan Jakarta Pusat itu. Sang Suami sehari-hari mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri 12, jauh dari tempat...

Saturday, November 25, 2006

Manajemen Waktu ala Sufi

Orang merasa gembira dengan hari-hari yang dilaluinya. Padahal, hari-hari itu adalah usia manusia dan karunia Tuhan yang tak mungkin kembali lagi. Oleh Abdullah Ubaid MatrajiSebut saja Ahmad Jaelani, karyawan salah satu perusahaan swasta di Ibu Kota. Bapak dua orang anak ini jago ilmu komputer. Ketika di bangku kuliah, ia pernah menggondol juara di bidang yang digeluti itu. Decak kagum kawan-kawannya pun bertaburan, bahkan tak sedikit orang yang menaruh hati. Tapi, ada yang aneh saat ia terjun di dunia kerja. Ranum mukanya tak sumringah lagi seperti dulu. Murung dan gampang marah. Jalannya lunglai, tak bertenaga. Biasanya, begitu tiba di kantor, tak lama kemudian ia menyandarkan kepala di meja dan matanya terpejam. Tak heran, jika amukan bos adalah menu tiap hari yang mau tak mau harus ia...

Thursday, November 16, 2006

7 November 1945, Hari Jadi Masyumi

Oleh Abdullah Ubaid MatrajiTiga bulan paska Indonesia merdeka, umat Islam dari beragam unsur berduyun-duyun ke Yogyakarta untuk mengikuti hajatan akbar, Kongres Umat Islam Indonesia. Ini merupakan hajatan umat Islam terbesar setelah Indonesia merdeka. Waktu itu, kongres digelar selama dua hari, mulai tanggal 7 hingga 8 November. Salah satu poin keputusan penting adalah medirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia, disingkat Masyumi.Yang turut berserikat adalah delapan organisasi umat Islam: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Persatuan Umat Islam, Al-Irsyad, Jam’iyatul Wasliyah, Al-Ittihadiyah dan Persatuan Ulama Seluruh Aceh. Maklum saja jika waktu itu, Masyumi bak payung besar, tempat berteduh umat Islam se-Indonesia. Dalam Anggaran Dasar Masyumi tahun 1945, organisasi induk umat...
Page 1 of 3512345Next

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger by Pemuda - Premium Blogger Themes