Friday, February 16, 2007

21 Februari 1965, Pejuang Anti Rasisme Tertembak

Oleh Abdullah Ubaid Matraji


Pemuda kulit hitam, rambut kriting, dan berbadan tegap dijebloskan ke penjara. Ia terbukti terlibat beberapa aksi kriminal: perampokan, perusakan toko, pengedaran narkoba, dan perjudian. Saat itu, usianya baru 20 tahun, ia menjadi manusia liar, abai aturan, dan akrab dengan senjata api.

Malcolm X, nama pria yang masih belia itu. Lahir pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha Amerika Utara. Nama aslinya, Malcolm Little. Ayahnya seorang pendeta baptis, bernama Reverend Earl. Waktu itu, di negeri Paman Sam sentimen ras sangat kental. Diskriminasi acap dialami warga keturunan Afrika-Amerika, yang disebut kaum negro. Ketika ia berusia enam tahun, ayahnya menutup mata, dibunuh kelompok rasis kulit putih.

Kehilangan ayah bagai kehilangan segalanya. Malcolm lepas kendali, putus sekolah, dan jauh dari etika agama. Puncaknya, tanggal 12 Januari 1946, ia tertangkap pihak berwajib dan harus meringkuk kurang lebih selama tujuh tahun.

Dua tahun berlalu. Reginald, saudara lelakinya masuk agama Islam. Ia getol mengenalkan pemikiran Elijah Muhammad kepada Malcolm. Elijah adalah pendiri Nation of Islam (NoI), organisasi perjuangan kesetaraan hak warga muslim kulit hitam di Amerika. Selama di penjara, ia kerap berdiskusi dengan Elijah melalui surat.

Ia dinyatakan bebas tanggal 7 Agustus 1952. Tak lama, ia menjumpai Elijah di Chicago dan menjadi anggota NoI. Karena kepiawaiannya, ia kemudian tenar sebagai figur pejuang anti diskriminasi ras. Ia menjadi orang nomor dua setelah Elijah di NoI.

Tapi, di tengah perjalanan, terjadi perselisihan antara Malcolm dan Elijah, ihwal prinsip NoI yang terlalu ekstrim. NoI menolak bantuan apapun dari kalangan kulit putih, meski mereka mendukung perjuangan anti rasisme. Bahkan, mereka dianggap iblis, dan yang terhormat adalah Elijah Muhammad, utusan Allah.

Menurut Malcolm, pandangan tersebut justru bertentangan dengan ajaran Islam. Agama Islam tidak membeda-bedakan kehormatan dan kehinaan seseorang berdasarkan ras dan warna kulit, serta tidak ada nabi lagi sesudah Muhammad SAW Karena itu, ia keluar dari NoI.

Ia lalu menunaikan haji ke Makkah, tahun 1964. Sepulang dari tanah kelahiran Nabi, ia mendirikan Organization of Afro-American Unity, Organisasi Persatuan Afro-Amerika, 28 Juni 1964. Di perkumpulan ini, ia tidak lagi sekadar menyampaikan pesan Islam untuk pembebasan kaum kulit hitam, melainkan untuk semua ras.

Ulah Malcolm ini ternyata membuat gerah beberapa kalangan. Tanggal 21 Februari 1965, ia berpidato di sebuah hotel di New York. Ia baru saja memulai, tiba-tiba kericuhan terjadi. Para pengawalnya berlari ke arah keributan. Malcolm sendirian di mimbar. Seorang kulit hitam kelam mengarahkan pistol ke dada Malcolm dan pelatuk pun dilepas. Dua orang lagi, dari arah berbeda, juga melepaskan tembakan. Ia meninggal dan jasadnya dikebumikan di Ferncliff Cemetery di Hartsdale, New York. [AUM/WIKI/IRIB]

Syirah/Edisi 62/Februari 2007.


 
Design by Free WordPress Themes | Blogger by Pemuda - Premium Blogger Themes